Senin, 29 Juni 2015

Apa yang Kamu Kejar

Ke sana sini kaki menapaki
daratan gersang maupun berumput basah
ada selalu rasa dan makna

Aku, bukan perahu kertas yang akan mengikuti arus begitu
mungkin akulah debu yang terbang bersama angin dan bisa terbang saat angin membawaku
tapi aku bisa bertahan ketika angin menghentikanku di tempat yang aku mau
angin tidak sekejam itu mengayunku kesana kemari tanpa tujuan,
meski kadang aku tak tahu mengapa dia membawaku ke suatu tempat
pada akhirnya, makna dan rasa itu tak dapat dibohongi

Jangan kau tanya apa yang aku kejar
sehingga aku membiarkan angin menjemput dan membawaku ke seberang lautan
jangan kamu tanya untuk apa yang aku lakukan sekarang
berhentilah ingin tahu
berhentilah memojokkkan
berhentilah mengganggu dengan pesan di katamu

Aku memang debu,
yang lemah dan payah
remah biji milik si burung saja masih bisa untuk menyuapi bayinya
namun debu,
memerihkan mata
yang disapu dan dibersihkan karena mengganggu
yang menyebabkan mata perih dan hidung bersin

 Akulah debu, serpihan debu
yang pasti akan menyatu...di tempat yang hanya angin tahu..



Paidio.
Mengapa aku harus mendengarkanmu.
mengapa mulutmu tidak bisa melihat dengan hatimu,
jangan membesarkan ego karena deritamu.
Aku, debu.